Ayah
- Adityas182
- Nov 12, 2015
- 2 min read

Siang ini cuaca sedikit mendung tapi tak kunjung hujan hanya meredupkan cahaya sang mentari yang terlalu panas, aku duduk bersila kedua kaki di atap sebuah gedung bertingkat 3 memandang jauh kedepan melihat bangunan bangunan tinggi menusuk langit yang sudah hitam. entah kenapa pandanganku kosong siang ini, Rinduku pada kampung halaman sudah tak tertahankan ingin sekali kembali berbincang-bincang di tengah kehangatan keluarga, bercanda dengan kedua adik adiku menyandarkan lelah pada ibu dan beradu debat pada ayah. ah, apa kabarmu yah aku rindu sekali denganmu, teringat kejadian lalu ketika kita selalu selisih paham tentang cara pandang kita yang berbeda tentang kehidupan. Ayah, aku tau kasih sayangmu begitu besar pada ku, bahkan kau tak pernah bosan bosannya mengingatkanku, menegurku ketika aku salah. Ayah, kau tak pernah lelah mendidikku sampai saat ini, kau banyak mengajarkanku tentang aroma kehidupan, kau selalu ada ketika anak anakmu jatuh tak perduli ketika kaupun sedang terpuruk kau membimbingku untuk menghembuskan kegagahan pada dunia, walaupun terkadang kita selalu beradu tentang argumen karena watak kita yang sama keras, aku tak pernah mengalah dengan cara pandangku yang ku anggap benar dan kau pun begitu, tak pernah aku mengirimkan pesan singakat padamu hanya untuk bertegur sapa di tengah jarak yang membatasi gerak, tetapi di luar itu percayalah, kau adalah orang terpenting dalam kehidupanku, peranmu nyata menghantarkanku berada di titik ini. ayah apa kau tau sekarang anak pertamamu ini sudah menjadi pribadi yang matang, bukan lagi bayi mungil yang merengek ketika tenggorokannya mengering. kau tau yah, aku sudah menemukannya sekarang seorang gadis yang luar biasa yang selalu kau bicarakan padaku, kau bilang cari lah gadis yang mampu menyempurnakan bukan ia yang menuntut untuk selalu sempurna, carilah gadis seperti ibumu, aku menemukannya sekarang menemukan gadis yang selalu tersebut dalam doamu.. @Adityas182 | 12 November 2015
Comments