top of page

"Gunung Batu" Part 1

  • Adityas182
  • Oct 3, 2015
  • 9 min read

Minggu malam seperti biasa saya sedang bersantai ria di dalam sebuah ruangan sempit tempat biasa ku menghabiskan malam malam sebelumnya, sedang asik menonton sebuah acara TV, tiba2 datang 2 orang teman yang juga 1 hobi dengan saya, ya hobi yang menurut orang banyak itu aneh, “Hobi kok naik gunung, jalan jauh2, capek, dingin, apa sih yang kalian cari” sudah sering sekali kuping ini mendapatkan pertanyaan macam begini, lalu apa kami bisa menjawabnya? ENGGAK… setiap pendaki mempunyai jawaban2 yang berbeda2, tapi tetap tidak akan bisa menjawabnya, hanya bisa memberi senyum tipis sambil berkata “karena kamu tak pernah menapakan kaki di ketinggian ribuan meter dari permukaan laut, dan tak pernah mau untuk keluar dari zona nyamanmu..

Ah sudahlah kurasa cukup basa basinya, malam ini kami banyak mengobrol dengan 3 orang kawan saya, panggil saja Ahong, Mamet, Fadil, mengobrol tentang rencana pendakian di salah satu gunung di jawa barat, Gunung Batu dan Curug Cilalay, ya itu tujuan kami berikutnya, setelah menentukan tujuan, lalu kami menentukan tanggal dan siapa saja yang akan berangkat. dan tak terasa waktu sudah sangat larut saat itu, karena nanti pagi masing2 dari kita akan melakukan rutinitas seperti biasanya, ya bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita tentang JALAN-JALAN hahahaha..

Tak terasa 1 minggu setelah malam kemarin berlalu, sepulang dari kantor, kita kembali kumpul di kostan ku tercinta, sempat berfikir kalo kostan ku ini sudah beralih fungsi sekarang menjadi basecamp, haha tapi tak apalah, setelah sampai duluan di kostan saya mulai beberes badan, dan mengawali dengan sholat mahgrib, setelah semua selesai saatnya packing barang2 yang harus di siapkan, seperti tenda, keril, flysheet, nesting, kompor, spatu traking, sarung tangan, P3K, senter dan lain sebagainya yang saya susun rapih dalam sebuah ransel besar berukuran 75L + 15L itu, setelah selesai dan sedikit menunggu datanglah 2 orang teman dia Mamet dan Kiki mereka adalah pasangan yang cetar membahenol badai dah pokoknya..

Mamet: Assalamu’allaikum

Gw: Wa’allaikumsalam met, ki sini masuk.

Kiki: Sory lama dit, habis kondangan tempat bang Eli..

Gw: oh ia gmana rame acaranya

Kiki: Rame, ada yang dari luar daerah juga..

Gw: Mana yang lain met, jadi siapa lagi yang mau gabung?

Mamet: Tau nih, katanya lagi pada di tanggerang, si fadil, rondra, sama pendi.

Gw: oke jadi kita ber 6 yak..

Sambil kita menunggu kedatangan kawan2 dari tanggerang, kita lanjut ngobrol2 ringan tentang agenda kita di bulan Desember, ya jauh sebelum agenda malam ini kita memang mempunyai agenda Pendakian di bulan Desember antara Pangrango dan Merapi, tapi sudah berbulan2 belum juga fix mana yang akan kami kunjungi, dan malam ini sambil menunggu yang lain, saya sempatkan lagi untuk membahas ini, “Harus ada hasil malam ini mau kemana desember besok” fikirku.

Gw : Jadi gmana untuk agenda kita di bulan desember ini?

Kiki : ia, jadinya kemana nih?

Mamet : ya terserah, pangrango ya ayuk tapi harus 1 bulan sebelum agenda udah boking dan nanjak malem yak..

Noval : hmm, jalurnya gmana met kalo pangrango, lo katanya mau pulang juga ke boyolali..

Mamet : ya jalurnya lumayan lah, jalan malem biar kagak bête hahaha, gw pamit bentar balik yak..

Gw : okee, jangan lama

Setelah si mamet cabut balik untuk nyiapin beberapa peralatan yang akan kita bawa nanti, gw sempetin ngobrol dengan kiki tentang opsi lain di bulan Desember..

Gw : gw ada opsi lain, karena bulan desember besok ada moment bagus yaitu libur panjang kenapa gak di jawa tengah atau jawa timur aja, kebetulan juga kemarin gw di ajak ke semeru di bulan desember lah..

Kiki yang memang penasaran banget sama ini gunung langsung ngerespon,

Kiki : nah ia semeru, gw masih penasaran sama tu gunung kenapa sampe sebegini bomingnya, sampe ABG2 pada rela2 bercapek capek ria buat naik kesana dengan alat seadanya.

Gw : nah itu ki, gw juga pengen bener dari dulu ke semeru, Cuma belum di ijinin terus, ayuk rayu lah cowok lo, hihihihi (gw bumbuin dah)

Kiki : oke deh gampang..

Tak lama Mamet datang dengan menggendong keril berukuran 45Lnya.

Gw : tumben kecil met, hahahaha

Mamet : jiah, gw tuker sama yang se kulkas (120L) tapi lo yang gendong gmana?

Gw : Ougah.. hahahaha

Kiki : Met untuk bulan desember ke semeru aja yuk..

Gw : ia met gmana menurut elo, lagian sekalian nyicil saratnya biar cepet nikah hahahaha

Mamet : Semeru? Gw udah 2 kali kesana.

Kiki : kan kita belum.

Mamet : ia ki, yaudah gampang.

Kiki : jangan gampang gampang..

Gw : ia met mumpung belum mulai apa2 ini untuk bulan desember, masih bisa lah di belokin.

Mamet : coba deh lo cek tiket kreta api Senen-Malang..

Gw langsung gupek sama handphone gw berharap menemukan kursi kosong di salah satu gerbong kereta dengan jurusan senin-malang, dan apa yang saya lihat, semua sudah terisi penuh hanya ada 1 gerbong ekonomi AC dengan harga 300 ribu lebih, apa apaan ini, mending naik gojek gw, ahahahaha

Gw : met habis semua gmana ini?

Mamet : habis? Oh ia itu liburan panjang pantesan aja..

Noval : gmana kalo opsi lain, jadi fix nih yak kita menggok ke semeru.

Mamet : ia hong, begini kita tentuin dulu nih masanya, kita sudah fix 7 orang, cari masa lagi kita genepin 10-15 orang, nanti kita sewa mobil aja dari Jakarta ke tumpang, gw ada beberapa kenalan.

Gw : oke deal, jadi udah fix yak semeru. PR kita jadi tinggal cari masa dan mulai buat latian fisik karena waktunya tinggal 2 bulan lagi.

Kiki : siap..

Dan tak lama rombongan kawan2 tanggerang datang , “jiah dateng juga” fikirku, molor berapa lama ini, dari mana aja kalian pertanyaan2 normal yang langsung menyapa haha

Setelah kedatangan mereka, karena waktu juga sudah menunjukan jam 11.30 malam, kita melakukan packing ulang agar tak ada yang tertinggal.

Jam 12 malam tepatnya kita memutuskan untuk berangkat, setelah berpamitan dengan seseorang yang jauh di sana lewat sebuah handphone, kita berpamitan dengan kawan kita ahong yang tak bisa ikut, ah tak apalah fikirku, dia juga sudah pernah kesana,

Perjalanan berlanjut dengan melintasi jalanan ibu kota di tengah malam” wah ternyata Jakarta indah yak kalo malam, banyak lampu2 dan gak macet” coba setiap hari begini, fikirku sambil mengendarai si Black kuda besi yang setia menemaniku dan menyapaku setiap pagi “HI BRO” hahaha (kalo pengendara NVL pasti tau) :p

Sampailah kami di sebuah pasar tradisional di kawasan pasar rebo, belanja logistic untuk memenuhi kebutuhan perut nanti, setelah di rasa cukup kita kembali melanjutkan perjalanan yang sepi ini, 2 berlalu kita sudah hampir sampai, jalanan berkelok kelok dengan mobil2 Transformer yang melintas membuat semakin mencekam, hihihi

Dan sampailah kami di Perempatan cirau setelah jonggol, kembali berbelanja beberapa logistic dan air mineral, kami melanjutkan perjalanan memasuki gang berukuran 3 meter ini, jalanannya cukup menantang di sini, berkelak kelok, naik turun, dan terakhir saya benar2 melihat bentuk bukit yang tak lebih dari 1000 m itu berdiri gagah di sebrang ku,dengan bentuk seperti jempol di bagian puncaknya dan dinding batu di seluruh badannya, “buset, itu gunungnya dari mana naiknya itu” bingungku dalam hati, setelah sampai kita di basecamp dan parkiran motor, kita beristirahat di sebuah gubuk, untuk sekedar merebahkan punggung dan bokong yang sangat panas karena bergesekan dengan jok motor, kawan2 yang lain memutuskan untuk beristirahat sejenak karena dari hasil musyawarah kami yang se ala kadarnya, kita memutuskan untuk mulai naik setelah adzan subuh, dan ini baru jam setengah 4 fikirku, dan mamet pun berinisiatif untuk memasak air dan nasi disini.

Mamet : Dit, kita langsung masak disini aja gmana? Jadi besok pagi tinggal naik, keril2 juga tinggal aja di warung, jadi kita kejar sunrise besok pagi.

Gw: oke met, siap, ia mending begitu dah, kayaknya gak pas bawa keril segede gaban itu ke atas.. haha

Dan kita pun mengeluarkan alat tempur untuk sekedar menikmati harumnya kopi lampung yang di bawa noval kemarin.. kita bagi tugas, mamet sedang sibuk memasak air dan kopi, saya disibukan dengan kompor yang tak mau membesar apinya karena sepirtus dalam tabungnya tinggal sedikit, dan tak mudah menyalakannya, hahaha

Setelah acara ngopi dan makan pagi ini siap, kita membangun kan kawan2 yang sedang tertidur dengan pulasnya, Bangun ui, ngopi dulu, isi perut dulu bentar lagi kita naik ini udah jam setengah 6..

Setelah semua selsai dan di packing, kami menuju sebuah warung untuk meitipkan barang2 kami, dan melanjutkan perjalanan, ternyata jalur pendakiannya berada di balik jalur tebing berbatu yang sangat curam tadi, bernapas lega lah saya, karena jalur di punggungan ini lumayan landai walau berpasir, sampai di persimpangan menuju jalur pendakian kami di hadang dengan pengurus lahan parkiran, disini masing2 orang wajib membaya Rp. 5000 rupiah untuk uang kebersihan, saya pun tak sabar ingin menggapai puncaknya yang katanya hanya 30-40 menit saja, ah masa secepat itu fikirku, dan langsung memulai perjalanan, awalnya trek sedikit menanjak dan berpasir, jalurnya cukup jelas sampai lah saya di tanah datar yang cukup luas, ada beberapa keranjang sampah disini, dan batu batuan besar yang tak luput dari tangan2 jahil pendaki tak beradat, ah sudahlah fikirku, susah memang kalau kesadaran tak terbentuk di masing2 individu..

saya berada di posisi paling depan, lumayan jauh jarak dari kawan2 yang lain yang masih sibuk mengambil gambar dengan objeck dirinya dan matahari terbit itu, ah sial fikirku kita kehilangan moment melihat sunrise dari puncaknya, tak apa lah yang penting kita semua selamat.. amin

saya melanjutkan perjalanan dan melihat gerombolan monyet2 kecil sedang bermain di jalur pendakian, saya sempat takut kalau mereka jahil dan mau menculik saya, ah bagaimana ini kalo tiba2 ketua mereka menyuruh grombolan monyet2 itu untuk menangkap dan menyandraku, fikir ku dalam kepala semakin menjadi, segera saya buang jauh2 imaginasi berlebihan itu, saya berjalan pelan sambil membaca bismillah, jalurnya sangat terjal berbatu dan berdebu, untuk melewatinya harus melalui bantuan tali yang sudah di pasang oleh pengelola, tak jauh lagi fikirku, sebuah tiang bendera lengkap dengan kain berwarna merah putih yang sedang berkibar itu sudah terlihat, saya terus saja berjalan dan melalui tebing2 curamnya, dan tiba2 terdengar suara “selow dit” ah itu suara mamet, saya rupanya sudah terlalu jauh, berhenti lah saya di atas tebing batu untuk sekedar menunggu mereka yang masih sibuk dengan acara foto2, tak lama mereka kembali melanjutkan perjalanan, dan kiki yang pertama sampai di tempat saya, dit, panas tunggu di atas aja yuk, celoteh kiki yang menghampiri, oke jawabku dengan tegas karena memang panas disini, ahaha

tak lama tebing terakhir dan sangat curam…

Kiki: buset tu tebingnya, bahaya gak itu bang (bertanya dengan rombongan lain)

Cowok: ya bahaya kalo gak hati hati..

Kiki: gak brani ah gw, lo duluan dit, nanti gw liat elo lewat mana.

Gw: oke, yaudah gw duluan,Bismillah..

Kaget awalnya liat tebing ini, 1 meter lebih lebar punggungannya dan terus naik tebing hanya bermodal tali sedangkan kanan dan kiri sudah tebing batu yang langsung menghantarkanmu ke titik 0 dari gunung ini jika sampe terjatuh, “yakin dan berdoa sama sang khaliq minta perlindungan dan keselamatan, fikirkuu dan sambil berucap Basmalah dalam hati..

Dan Taraaaaaa TOP 876 mdpl di tandai dengan 2 tiang bendera di atasnya dan juga terdapat in memoriam untuk mengenang jasad kawan kami yang kehilangan nyawanya di Mei lalu.. semoga tenang di sisi Allah SWT. Amin..

Tak lama rombongan pun sampai, Rondra, Fadil dan Mamet, loh pendi kemana fikirku, sambil bertanya ke yang lain, pendi di bawah demam ketinggian kata mamet, ya ampun, setelah puas dengan beberapa jepretan gambar yang di ambil dari kamera ponsel, saya pun memutuskan turun duluan untuk menemani dan memberikan kue untuk pendi yang sendari tadi berjemur di atas punggungan tebing ini, setelah memakan beberapa potong roti, gw ajak aja pendi turun dengan menuntunnya karena untuk kaki kaki nya pun sudah mulai gemetar pertanda kalau ketakutan akan ketinggian itu memang bukanlah omong kosong saja,

Sekitar 30 menit kurang lebih, kita sudah sampai lagi di bawah, di warung tempat kami menitipkan barang2 kami, santai2 sesaat melepas lelah, dan langsung kembali bersiap siap, karena masih ada 1 tujuan lagi yang harus kami gapai pagi ini, ya curug cilalay yang katanya mempunyai keindahaan yang luar biasa, kita paking ulang barang2 kami, sempat ada perdebatan sedikit tentang jalur yang akan di tempuh, kita memutuskan jalan seperti kami datang kemarin, ya walaupun tanjakan ini sangat curam tapi lebih cepat dari pada harus memutar fikirku.

Sekitar setengah jam lebih mungkin, kita berhenti di alun alun banteng, beristirahat karena mata sudah tak tahan dengan kantuk yang menempel sendari tadi, dan sambil membeli 1 buah kaleng gas di mini market, setelah di rasa cukup dan sudah lengkap, berangkatlah kami menuju pintu masuk curug cilalay di daerah cirau, air terjun cilalay bisa di akses dengan perjalanan menyusuri sungai, tebing, lembahan, dan persawahan selama 2 Jam perjalanan, dengan gerbang masuknya mini grand canyon, setelah mengurus biaya masuk dan parkir kendaraan, kami langsung bersiap memulai perjalanan yang menurutku mudah tapi nyatanya jalur ini sungguh amat sangat menyiksa.

Entah kenapa walaupun perjalanan relative landai dan hanya butuh waktu 2 jam perjalanan, tetapi ini sangat menyiksa, di mulai dari jalur tanah menanjak, lalu kami di haruskan berjalan di sisi sungai yang sedang kering kala itu, kaki yang harus di paksa melangkah di atas panasnya batu batu koral dan dinginnya air sungai ini sungguh berat rasanya, lalu jalurpun berbelok ke kiri menuju perbukitan dan bertemu kembali dengan sungai berbatunya, lalu medan berubah menjadi persawahan penduduk yang luas, dan lembah2 dari bukit2 batu, ah sungguh sangat indah tempat ini, setelah beberapa lama kami berjalan kami memutuskan beristirahat di warung penduduk di tengah sawah untuk sekedar melepas lelah dan juga karena waktu menunjukan jam 12.00 siang, ah pantas saja stamina ini mudah drop, kita jalan di siang hari bolong dengan latar blakang sawah, bebatuan dan air, fikirku, cukup lama kami beristirahat disini, berbincang bincang dengan petani dan pak RT desa sini, tentang pertanian dan musim kemarau yang tak kunjungnya pergi, sudah rindukah kaloan akan hujan pak, bersabarlah sebentar lagi hujan pun akan membasahi ladang2 kalian :D

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 12.30 ayuk lanjut lagi takut kesorean nanti, ya akhirnya kita kembali berpanas panas ria untuk melanjutkan perjalanan yang katanya tinggal 2 Kilometer lagi ini,

Bersambung.....


 
 
 

Comments


© 2023 by The Mountain Man. Proudly created with Wix.com

  • Black Facebook Icon
  • Black Twitter Icon
  • Black Pinterest Icon
  • Black Flickr Icon
  • Black Instagram Icon

Subscribe for Updates

Congrats! You're subscribed.

bottom of page